Jumat, 06 Juli 2007

rasisme dan nasionalisme

rasisme, pembendaharaan kata yang memilahkan suatu unsur maksud/kepentingan berdasarkan sebuah ras
(sebuah faham/isme, cara pandang yang dipakai dengan landasan terminologi ras.
ketika negeri ini bergulir pada masa rezim soekarno, sebagian paradigma yang dibangun berkaitan
dengan rasisme nol karena dianggap sebagai suatu simpul yang begitu penting untuk diuraikan dalam
kurun waktu itu. selanjutnya rezim soeharto pandangan yang terbangun adalah pengeksploitasian rasisme
menjadi ajang tanding harga diri politis. era gus dur mencoba untuk menggali dan mengurai benang kusut
rasisme, sebuah langkah dimunculkan oleh pemerintah gus dur dengan memberikan hari libur nasional pada
imlek serta kebebasan perayaan peringatan bagi pengikut konfusianisme. sekelumit terdengar apakah
ini terkait dengan peristiwa kerusuhan mei 98, sebagai upaya win-win dari pemerintah saat itu. iplikasi
yang mendasar terkait dengan kebijakan tersebut sungguh sangat mengejala dan semakin memperruncing akar
ketersinggungan rasisme. betapa tidak, negeri ini yang memiliki berribu bahkan berjuta suku dengan
keanekaragaman budayanya hanya menjadikan pemerintah mengetuk palu untuk IMLEK sebagai hari besar
nasional bagi ras tioghoa. bagaimana dengan SAKA 1 SURO....??? bagaimana dengan ....??
INDONESIA....!!!


Tidak ada komentar: